Pemerintah Australia, UNHAS dan Pemprov Sulsel Berhasil Menjangkau 13ribu Masyarakat Rentan di Maros

  • Whatsapp

MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dan melibatkan unsur masyarakat untuk mewujudkan layanan kesehatan yang ramah bagi semua orang. Hal tersebut dikemukakan oleh perwakilan Pemerintah Sulawesi Selatan yang hadir dan membuka acara “Diseminasi Kegiatan Vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Maros” di Hotel UNHAS Makassar pada Jumat kemarin.

Pemerintah Sulawesi Selatan mendorong kolaborasi lintas sektor untuk terus menghasilkan kerja inovatif yang konsisten dalam meningkatkan ketahanan kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat yang tergolong rentan, seperti lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas. Salah satunya terlihat dalam pendekatan program percepatan vaksinasi COVID-19 yang didukung oleh Pemerintah Australia melalui Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) yang bekerja sama dengan Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Keluarga (IKM IKK) Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan Pemprov Sulawesi Selatan, khususnya Pemkab Maros.
Diseminasi ini sekaligus mempertemkan berbagai pihak yang menjadi bagian penting dalam upaya penyamaratakan akses terhadap layanan vaksinasi COVID-19. Program vaksinasi dengan sistem penjangkauan ini dinamai dengan Program Last-Mile COVID-19 Vaccine Delivery yang mengedepankan prinsip inklusivitas, dimana kebutuhan dan kemampuan masyarakat rentan menjadi pertimbangan utama pengadaan layanan.
Layanan vaksinasi yang disediakan menggunakan metode jemput bola, dimana tim vaksinasi menjangkau ke tempat-tempat terpencil. Tempat terpencil tersebut biasanya jarang atau tidak terjangkau oleh penyedia layanan kesehatan daerah setempat karena jarak yang cukup jauh dari puskesmas, atau karena kondisi keterbatasan mobilitas seperti pada warga lansia, ibu hamil dan penyandang disabilitas.
H. Andi Syafril Chaidir Syam, S.I.P., M.H., Bupati Kabupaten Maros merespons dengan positif adanya dukungan program yang memudahkan cukup banyak masyarakat dalam menjangkau layanan vaksinasi. Menurutnya, program ini sangat membantu pemerintah dalam mendorong pencegahan penularan COVID-19 demi masyarakat yang lebih sehat dan tahan mengahadapi Krisis kesehatan lainnya di masa depan.
“Menjangkau vaksin ke wilayah dengan akses sulit, itu adalah upaya bersama untuk membuat ketahanan kesehatan secara menyuluruh ke saudara kita di pedalaman,”
Selama ini, menurut Bupati Chaidir, upaya vaksinasi menjadi berat karena serbuan informasi yang keliru mengenai vaksin. “Kalau kampung yang jauh dan tanpa jaringan, informasi yang salah akan terus ada tanpa klarifikasi. Adanya relawan vaksin yang menjangkau kampung ini akan mengubah persepsi warga terhadap COVID-19 dan vaksin,” lanjutnya.
Bicara mengenai informasi yang keliru, terdapat satu keunikan dari program Last-Mile COVID-19 Vaccine Delivery yang berbeda dengan layanan dasar pemerintah pada umumnya. Program ini disertai dengan edukasi kesehatan tentang pentingnya vaksinasi, langkah-langkah pencegahan penularannya, dan juga edukasi terkait kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Hal ini mengingat pentingnya meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat dan meluruskan hoaks dan misinformasi seputar COVID-19 yang membuat masyarakat enggan divaksin, terutama bagi masyarakat yang rentan.
Bagaimana Program Last Mile COVID-19 Vaccine Delivery Menjangkau Masyarakat Rentan?
Wilayah kerja program Last-Mile COVID-19 Vaccine Delivery ini terdapat di 72 desa yang tersebar di 14 kecamatan di Kab. Maros. Sebanyak 84 personil yang terdiri dari tenaga kesehatan dan non-kesehatan dikerahkan. Seluruh personil tersebut membentuk 14 tim, dimana masing-masing tim terdiri dari dokter, perawat, kader atau edukator, mobilisator, dan analis data, yang bertugas di masing-masing kecamatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, dr. Muhammad Yunus, yang ditemui pada kunjungan tim AIHSP dan IKM IKK beberapa waktu lalu menyampaikan pentingnya melakukan kerja sama untuk menjangkau daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau oleh Puskesmas.
“Kita senang sekali, AIHSP menjangkau ke tempat-tempat yang biasanya tidak bisa kami jangkau, dimana memang warga sangat memerlukannya. Nah itu (seperti) perang gerilya,” ujarnya bersemangat.
“Ini adalah program yang sangat baik. Saya berharap program ini akan terus berlanjut, dan cita-cita membuat vaksinasi ini lebih inklusif akan terjadi,”
Sejak Juni hingga Agustus 2022, AIHSP bersama IKM IKK UNHAS telah memperluas jangkauan vaksinasi COVID-19 kepada lebih dari 1386 lansia, 45 penyandang disabilitas, dimana 7.085 diantaranya adalah perempuan. Total keseluruhan vaksin COVID-19 yang telah diberikan adalah berjumlah 13.810 dosis. Disamping itu, program ini juga telah memberikan edukasi seputar COVID-19 kepada 29.963 orang secara tatap muka. Capaian ini menjadi sebuah titik awal yang memberi daya ungkit cukup besar bagi seluruh pihak yang terlibat, sehingga diharapkan akan terjadi keberlanjutan yang konsisten setelah program yang digadang sebagai pilot program ini.
Dr.dr. Andi Alfian Zainuddin,MKM, selaku Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset dan Inovasi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin mengatakan bahwa kerja sama ini dilandasi oleh nilai tridharma perguruan tinggi,“kegiatan ini merupakan kontribusi Universitas Hasanuddin dalam hal ini Fakultas Kedokteran Unhas melalui Departemen IKM IKK dalam mewujudkan nilai communiversity sebagai bagian pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Program ini merupakan upaya mendekatkan dunia kampus dengan kebutuhan pelayanan masyarakat khususnya di bidang kesehatan,”ujarnya pada pembukaan acara.
Koordinator Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) Sulawesi Selatan, Agung Wahyuda melalui sambutannya turut menyampaikan bahwa aspek kerja sama yang kuat dari berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan program tersebut. “Kerja sama multipihak merupakan inti yang memungkinkan inisiatif ini dapat terus berjalan. Hal ini terbukti telah memberikan perubahan cara pandang secara signifikan tentang bagaimana pemerintah melakukan pendekatan terhadap masyarakat rentan. Salah satunya terlihat dalam hasil yang diraih bersama Pemerintah Sulawesi Selatan dan IKM IKK Universitas Hasanuddin.”
Agung menambahkan, “pada kerja sama lain di Sulawesi Selatan, AIHSP melalui IDCOMM, memperkenalkan model vaksinasi yang inklusif dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat dan pemerintah, termasuk Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial dan Disdukcapil. Misalnya, hadirnya layanan registrasi identitas hukum di lokasi telah memungkinkan para peserta vaksinasi yang tidak memiliki KTP sebelumnya, untuk tetap divaksin, di saat yang bersamaan, mereka telah mendapatkan hak mereka sebagai warga negara.”
“Model kerja sama seperti inilah yang kami harapkan akan terus berlangsung meskipun di suatu titik nanti, dukungan AIHSP harus berakhir. Untuk sistem ketahanan kesehatan Indonesia yang lebih kuat,” tutupnya.
Ditemui pada waktu yang berbeda saat kunjungan tim IKM IKK UNHAS dan AIHSP pada bulan September 2022 lalu, Sampara warga Dusun Cindakko, mengungkapkan rasa senangnya karena telah dijangkau secara langsung melalui program kerja sama vaksinasi COVID-19 ini.
“Saya pernah jalan kaki ke Puskesmas Tompobulu, sampai di sana, nda bisa vaksin kalau hanya satu orang. Saya tidak tahu mau ajak siapa, jadi saya pulang lagi ke rumah,” tuturnya. Saat menerima vaksin COVID-19 dosis kedua dari tim relawan AIHSP – IKM IKK UNHAS, ia pun tersenyum, “ini berkah Jumat saya mungkin,” ujarnya kepada relawan yang bertugas menyuntikan vaksin padanya.
Sebanyak 13.810 orang warga Maros telah mendapatkan manfaat langsung dari program kolaborasi ini. Kehadiran layanan dasar yang lebih inklusif dan mudah diakses semua orang, diharapkan dapat membuka peluang lebih besar bagi pemerataan pemenuhan hak sebagai warga negara. Hal ini akan memberikan kontribusi besar pada penguatan sistem ketahanan kesehatan masyarakat di masa mendatang sehingga hak sehat untuk semua orang dapat terpenuhi tanpa ada yang tertinggal.

Pos terkait